Bunga Tanpa Akar di Malam Tanpa Bulan

Di sebuah malam yang gelap, ketika bulan bersembunyi di balik awan pekat, gadis itu duduk dalam sudut keheningan. Di dalam dirinya, ada perasaan yang sulit dijelaskan—seperti bunga tanpa akar, yang terlepas dari tempat untuk tumbuh.

Ada rasa hampa, seperti kehilangan sesuatu dalam dunia yang terus berputar tanpa henti. Tidak ada akar yang menahannya pada tanah, tidak ada rasa aman dari tempat berpijak. hanya melayang dalam ketidakpastian, mencoba mencari makna di tengah malam yang sunyi.

“Apa artinya menjadi aku?” bisiknya kepada kegelapan. Namun, malam tanpa bulan tak memberikan jawaban, hanya bayangannya sendiri yang kembali menatap, penuh kekosongan. rapuh, seperti kelopak bunga yang hampir gugur, seolah angin malam dapat merenggutnya kapan saja.

Namun, meski tanpa akar, bunga tetaplah bunga. Dan meski malam tanpa bulan begitu pekat namun jauh di balik awan gelap, bulan tetap ada. Mungkin hanya tak terlihat sekarang, tapi cahayanya tak pernah benar-benar hilang.

Gadis itu memejamkan mata, mencoba merasakan kekuatan yang masih ada di dalam dirinya. Bunga tanpa akar memang bisa terseret angin, tetapi juga bisa menemukan tempat baru—tanah yang lebih subur, tempat terbaik untuk tumbuh kembali. Bukan tempatnya berasal, tetapi tempat yang akan menjadi rumah yang baru.

Malam tanpa bulan hanyalah sementara. Dalam hatinya mulai memahami bahwa meski gelap, tetap ada dirinya yang dimiliki —dan itu cukup. Karena terkadang, bunga tanpa akar tidak kehilangan segalanya; hanya sedang mencari jalan untuk menemukan cahayanya kembali.


Ndrb.| Di suatu jalan, 21.01.25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Per (ta-nya / nya-ta) an

MALAM NYAMAN

Kataku.