Radio dan kopi

|| Nafiahd || kisah lama || Jakarta ||

Bzz Bzz Bzz

Suara radio tua yang menggema di sudut ruangan 
bersama'an dengan petikan gitar yang mengalun merdu. 
Disitulah aku berada untuk mendengar setiap ocehanmu yang selalu membuatku rindu.
Dia yang ku nanti 
Dia yang ku rindu
Dia yang terkasih
Penyemangat hati yang terjauh

Sudah sekitar 2 tahun semenjak hari itu, hari dimana bulan kehilangan bintangnya, dia sang Bintang penyejuk hati dan penyemangat mimpi.
Di hari berakhirnya hubungan itu hingga saat ini pun aku masih merindu akan hadirnya disetiap tidurku, tapi untuk pertama kalinya sejak hari itu dia menghubungiku

Dii apa kabar? Udah lama ya.. 
besok gua tunggu jam 3 sore di tempat biasa
Ad. 

Dan beginilah alasanku berada ditempat ini, sebagai saksi bisu yang menjaga semua memori indah antara aku dengannya.

Tempat ini tak banyak berubah sudah berapa lama aku tidak mengunjungi tempat ini, kuhirup dalam dalam aroma debu bercampur hujan yang memenuhi seluru tempat ini, tempat bersejarah untuk kisah kami yang selalu merindukan hangatnya Mentari yang bercampur tawa darinya.

Kusapukan jari jari ku disetiap figura ruangan hingga tanganku berhenti disebuah radio tua yang mengawali pertemuan aneh di sore itu.

Aku duduk di dekat radio itu
untung saja aku datang lebih awal karna sore ini turun hujan memang tidak besar tapi cukup untuk membasahi setiap orang yang melintas dibawahnya.

Bosan menunggu, kulirik jam yang sudah menunjukan sekitar 03.28 tak terasa sudah hampir setengah jam menunggu dan hati mulai resah apa dia akan datang lalu terlambat karna hujan atau dia tidak datang dan membatalkan pertemuan.

Lama menunggu dan kuputuskan untuk pulang namum bunyi decitan pintu membuatku mengurungkan niat dan menoleh ke sumber suara

Bagai petir desiran aneh mulai muncul saat aku menatap matanya dan melihat senyum itu dan dia menyapa

"Dii lu udah nunggu lama? 
Sorry tadi ujan dii jadi 
telat hehehe"

"Eh engga kok santai aja lagi 
ohiya lu mau pesen apa?"

"Lu udah pesen? gue biasa dii"

"Belom, Espresso dan latte?" 

"Yaaps, espresso dan latte"

Obrolan yang terkesan canggung tapi menyenangkan, dia tidak banyak berubah seperti 2 tahun lalu hanya saja dia lebih dewasa dari perkiraanku

Kutatap secarik kertas yang dia berikan tadi sore, ingin ku membacanya hanya saja..

Bayangan Indah akan senyummu terus saja berputar di kepalaku hingga tumbuh sudah taman bunga diatas sana.

Akankah bunga itu akan terus tumbuh
Atau layu tersisakan debu
Yang membusuk hingga lenyap
Atau dia akan terus tumbuh hingga 
Memiliki banyak bunga yang lain
Tapi lebih baik bunga itu tumbuh bersama 
Mentari yang akan menjaganya.. 
Membimbingnya..
Atau dengan air yang akan memenuhi segala kebutuhannya
Tapi lebih baik dengan tanah yang selalu sabar menopangnya..
Heii!
Jangan hanya sibuk akan perkiraan
Karna.. 
Hanya bunga yang tau
Kepastian-nya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Per (ta-nya / nya-ta) an

MALAM NYAMAN

Kataku.