Postingan

Bunga Tanpa Akar di Malam Tanpa Bulan

Gambar
Di sebuah malam yang gelap, ketika bulan bersembunyi di balik awan pekat, gadis itu duduk dalam sudut keheningan. Di dalam dirinya, ada perasaan yang sulit dijelaskan—seperti bunga tanpa akar, yang terlepas dari tempat untuk tumbuh. Ada rasa hampa, seperti kehilangan sesuatu dalam dunia yang terus berputar tanpa henti. Tidak ada akar yang menahannya pada tanah, tidak ada rasa aman dari tempat berpijak. hanya melayang dalam ketidakpastian, mencoba mencari makna di tengah malam yang sunyi. “Apa artinya menjadi aku?” bisiknya kepada kegelapan. Namun, malam tanpa bulan tak memberikan jawaban, hanya bayangannya sendiri yang kembali menatap, penuh kekosongan. rapuh, seperti kelopak bunga yang hampir gugur, seolah angin malam dapat merenggutnya kapan saja. Namun, meski tanpa akar, bunga tetaplah bunga. Dan meski malam tanpa bulan begitu pekat namun jauh di balik awan gelap, bulan tetap ada. Mungkin hanya tak terlihat sekarang, tapi cahayanya tak pernah benar-benar hilang. Gadis itu memejamkan...

Per (ta-nya / nya-ta) an

Ketika seseorang bertanya: Untuk apa kita dilahirkan di dunia? Bagaimana cara untuk terus hidup? Apa yang ingin kamu lakukan dalam hidup? Bagaimana cara kamu mengakhirinya? Pertanyaan-pertanyaan ini seperti gelombang yang menghantam pantai pemikiran kita, sering kali membawa kita ke dalam perjalanan menuju kedalaman jiwa. Kadang, meski kita sudah memiliki jawaban atau pemahaman tentang hal-hal ini, dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, kita bisa saja melupakan atau mengabaikannya. Reaksi awal terhadap pertanyaan-pertanyaan ini adalah terdiam, merenung, dan menggali kembali apa yang telah disusun serta mengingat kembali apa yang mungkin telah terlupakan. Saat merenung, kita merasa seperti menyelami kedalaman diri yang dahulu terasa akrab, namun kini seolah semakin asing. Kita akan menjawab satu per satu pertanyaan ini, dan menyadari bahwa setiap jawaban adalah sebuah pernyataan penting yang sederhana namun penuh kompleksitas. - 1. Untuk apa kita dilahirkan di dunia? Pemahaman Mendala...

MALAM NYAMAN

Langit malam yang gelap dan udara sejuk menyembunyikan kesedihan dalam kenyamanan. Semangkuk mi instan, segelas teh panas, dan alunan musik menyatu, menambah ketenangan malam. Kesendirian tak selalu buruk; lambat laun, hampa bisa menjadi teman, bersama sedih dan kecewa. Kesempatan untuk terus hidup terasa jauh lebih menarik. Bahkan saat gemuruh datang, senyum tetap bisa hadir. Penerimaan itu sederhana. Ikhlas dan sabar tak sesulit yang dibayangkan, meski belum sehebat para sufi dalam memahami diri. "Jangan mencari bahagia, tapi buatlah kebahagian di bawah telapak kaki."  kalimat sederhana dari para sufi.  "Hidup adalah perjalanan indah menuju ke dalam. Semakin dalam seseorang masuk ke dalam dirinya, semakin banyak kedamaian yang ditemukan."  Kata Gede Prama dalam salah satu seminarnya. Kutipan yang menggambarkan pentingnya perjalanan batin dan introspeksi dalam menemukan kebahagiaan sejati dan kedamaian dalam hidup. Berkat ajaran para sufi dan penulis, malam yang ge...

Kataku.

kesekian kali sobat bulan datang lagi dengan berbagai perasaan. Sejujurnya, aku cukup lelah untuk bertahan di masa yang berat. Kataku pada sobat bulan, "Kenapa kamu datang di waktu ini? kamu tahu rasaku--tubuh dan hatiku sudah tak karuan." Seperti biasanya, sehebat apapun jiwaku hancur, aku tetap akan terlihat sama, "baik - baik saja." Namun, dari banyak anggota surya, hanya bintang itu yang mampu mengenal lubuk yang tersembunyi dalam gelap malam.  kataku, sampaikanlah padanya, sobat bulan: "Bisakah aku mengenal dan memilikinya? mungkin itu hal yang membahagiakan bagiku, di antara millyaran anggota surya, ada bintang yang sepertinya tercipta hanya untukku. Dia mungkin bukan yang pertama untukku, namun kehadirannya seolah ditakdirkan hanya untukku. Menggapai bintang baru rasanya sangat melelahkan. Memulai semuanya dari awal bukanlah hal yang mudah, tetapi bintang itu sangat mengenal lubuk terdalamku--baik dan buruk. Semoga aku pun bisa mengenalnya sebagaimana di...

Mencari

Sesak yang tidak sesak Sakit yang kini tak sakit Kata dalam ku sudah mengerti Nyata nya memang sudah tak nyata Sadar ku yang semakin sadar Hilang ku yang tidak hilang Mungkin yang memang mungkin Bukan yang memang bukan Kalbu mu bukan mencari ku Kalbu ku bukan mencari mu Hanya kebetulan, waktu yang tidak tepat Kini ku ikhlas, harus ku lepas Jika memang bukan untuk ku Mungkin, aku  Mungkin, kamu Yang hanya saling mencari  Ndrb. | Pondok petir, 28.12.23

Tersiksakah Aku

Atma aksa asa Terhenti dalam kalbu Apatis, melesap sudah renjana termasuk afeksi Filamen terpatri membuat gurat dalam hati  Sudahlah aku tak akan mati walau mala setia mengikuti  Anila sampaikan rasa ini  Agar dayitaku tau sebesar apa retisalyaku Arumika tak lagi menyambutku  Hanya kelam malam yang menemani hari-hariku Ambu tubuhmu tak lagi singgah dalam rongga tubuhku recaka seperti terhenti Oh Dayitaku Aninditaku Rapsodiku Afsunmu membuaiku Kala imaji tak terkendali Ndrb.

Tuan

Maaf tuan Aku masih saja menggoreskan pena dalam diam Tuan Penaku masih ingin menulis tentangmu Maafkan aku Aku masih saja tidak dapat membendungnya Tuanku Aku memanglah hanya sebuah pena Pena usang Yang selalu saja bercerita Menggoreskan kata demi kata Maaf,  tuanku Aku dan penaku Masih saja memujamu